Rasulullah sangat menggemari olahraga. Setiap hari selepas sholat dhuha dan sholat ashar, Rasulullah melihat para sahabat berlatih memanah, berkuda dan gulat. Pada suatu sore Ali ra bergulat dengan seorang sahabat. Ali ra menang. Ali ra menantang sahabat kedua untuk bergulat. Menang lagi. Lalu Ali ra menantang sahabat ketiga. Menang.
Ali ra menantang lagi siapa yang berani bergulat dengan dia.
Rasulullah mendekati Ali ra lantas berbisik ada seseorang di balik bukit yang menunggu Ali ra untuk bergulat.
Ali ra langsung mendaki ke arah bukit yang ditunjukkan.
Benar, dibalik bukit ada seseorang yang berpakaian serba hitam, bahkan bercadar hitam, menutupi seluruh wajahnya. Alispun tak keliatan.
Si pria bercadar hitam memberi isyarat ke Ali untuk masuk ke tengah lapangan yang sudah digaris seperti ring gulat. Tanpa ada percakapan, keduanya terlibat dalam pergulatan.
Ali ra kalah.
Ali ra penasaran, menantang untuk gulat ronde kedua
Ali ra kalah.
Ali ra penasaran, menantang untuk gulat ronde ketiga
Ali ra kalah lagi.
Begitu seterusnya sampao ronde ke enam, Ali ra menyerah.
Namun Ali ra penasaran, siapakah yang dibalik cadar hitam itu.
Cadar dibuka.
Wajah Rasulullah mengembang dibalik cadar.
Ali ra sadar bagaimana Rasulullah dengan bijak mengingatkan dirinya untuk tidak berlaku sombong dan aniaya.
Rasulullah memberi contoh bagaimana seorang pemimpin membimbing dan mengajari anak buahnya namun tidak perlu mempermalukan di muka umum.
Nasihat diberikan bertatap muka empat mata. Secara rahasia.
Lebih mengena.